Cari

Yudhi Herwibowo

mencoba terus menulis…

bulan

Maret 2020

Empat Aku dalam Quotes Pilihan

Menerbitkan Buku Bukanlah Segalanya!

MV5BMTUyMDQ2ODI0M15BMl5BanBnXkFtZTgwMDY0NDYxMzI@._V1_SY1000_CR0,0,670,1000_AL_Pertama kali mendengar nama J.D. Salinger adalah karena membaca biografi John Lennon. Semua tahu vokalis the Beatles itu tewas tertembak, dan pembunuhnya adalah David Chapman, seorang yang sangat terpengaruh oleh novel J.D. Salinger, Cather in the Rye.

Karena sudah terpukau sejak lama itulah, penerbitan saya, bukuKatta, sudah menerbitkan 2 kali karya J.D Salinger. Pertama memang hanya 3 ceritanya saja, Demi Esme dengan Cinta dan Kesengsaraan. Barulah di terbitan berikutnya, buku pertama J.D. Salinger, Nine Stories (keduanya diterjemahkan oleh Anton WP). Sebenarnya ada harapan ingin menerbitkan Cather in The Rye. Tapi sudah ada 2 penerbit yang menerbitkannya, jadi saya terpaksa membatalkannya. Lanjutkan membaca “Menerbitkan Buku Bukanlah Segalanya!”

Quotes Sang Penggesek Biola untuk Kesekian Kalinya

Frantz: Kebohongan-kebohongan yang Bisa Diterima

06869037635655.57e3e9a8e00e2Saya masih belum mengetahui alasan jelas kenapa saya memilih menonton film Frantz (2016) dibanding film-film lainnya yang ada dalam 3 HD eksternal saya? Sejak awal, filmnya terasa bergaya jadul tempo dulu, hitam putih dengan gaya kamera yang selayaknya film lawas. Bukan film yang biasa saya tonton,

Seorang gadis Jerman, Anna (diperankan Paula Beer) selalu datang ke pemakaman untuk menziarahi kekasihnya Frantz, yang tewas saat Perang Dunia I. Ia begitu mencintai laki-laki yang seharusnya ia nikahi. Saking dekatnya, ia memilih tinggal bersama Dr. Hans and Magda Hoffmeister, ayah dan ibu Frantz, yang sudah tua.

Lanjutkan membaca “Frantz: Kebohongan-kebohongan yang Bisa Diterima”

Neruda: Pelarian yang Puitik

90999315_10219490034513671_4781926268499132416_n

 

Lanjutkan membaca “Neruda: Pelarian yang Puitik”

Her: Ketidakmungkinan-ketidakmungkinan yang Mungkin Terjadi

41Eb7WxmYNL._AC_

Her, sudah saya lihat poster film ini sejak lama, tapi baru memutuskan menontonnya saat ada gerakan #dirumahsaja. Selama ini, sepertinya ada saja yang memberatkan saya untuk menontonnya. Posternya yang hanya bergambar wajah close up laki-laki dengan kumis ala-ala Mas Adam Inul ini, memang bikin ilfil. Hati jadi sulit tergerak.
Terlebih saya gak mencoba mengenali wajah di balik kumis itu yang sebenarnya adalah Joaquin Phoenix… Hikz

Tapi setelah test drive 1 menit, akhirnya saya menonton juga film ini. Agak ragu menulis reviewnya, karena ini buka tipe film saya. Dalam hati saya memang sudah memutuskan, film-film yang saya review hanyalah film-film yang menurut saya bagus, dan tak banyak orang yang membahasnya di sosmed.
Film Her sudah tak lagii dibahas orang. Padahal premis film ini menarik, dan juga dipenuhi ketidakmungkinan-ketidakmungkinan yang -bisa jadi- mungkin.
Lanjutkan membaca “Her: Ketidakmungkinan-ketidakmungkinan yang Mungkin Terjadi”

Sepenggal Kisah Hidup Astrid Sebelum Menjadi Astrid Lindgren

becoming-astrid-movie-poster-1000778685Film ini dibuka dengan adegan yang -bisa jadi- gak pernah dialami lagi oleh pengarang sekarang: Astrid Lindgren membuka surat-surat bergambar dari penggemar yang sebagian besar adalah anak kecil. Satu surat bahkan berisi rekaman dari kaset.

Dengan berlalunya umur, nama Astrid Lindgren seperti mudah sekali dilupakan. Walau bukunya kembali dicetak ulang, rasanya tak ada lagi keinginan untuk membacanya. Mungkin ia jadi seperti penulis masa lalu saja. Lanjutkan membaca “Sepenggal Kisah Hidup Astrid Sebelum Menjadi Astrid Lindgren”

Hidup hanya untuk Menunggu Kingdom

Kingdom_Season_2-P2

Akhirnya yang ditunggu-tunggu rilis juga, Kingdom season 2. Masih ingat setahun lalu, perasaan seperti terputus begitu saja saat nonton Kingdom season 1. Ini drama yang keren, setidaknya bisa buat pengobat rasa kangen drama-drama seperti Mr. Sunshine.

Di sini, kelanjutan kisah pangeran Le Chang (diperankan Ju Ji Hoon) berlanjut. Enam seri terasa cepat. Tak ada peran yang dieman-eman untuk disimpan. Siapa pun bisa mati dengan mengejutkan. Lanjutkan membaca “Hidup hanya untuk Menunggu Kingdom”

Menulis Novel Pertamamu, lokakarya di Ayom Java Village, 14 Maret 2020

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Lokakarya
Menulis Novel Pertamamu
Ayom Java Village
14 Maret 2020

Bersama @dio_media

Baru kali ini bicara hampir 5 jam, ternyata mulut kemeng juga ya .😁😁

Satu kejadian yang paling membuat saya bengong beberapa detik adalah saat perkenalan peserta. Seperti biasa saya minta peserta mengenalkan diri dan menyebutkan novel terakhir yang dibaca. Satu peserta menjawab, ‘saya tak suka novel, jadi gak ingat lagi kapan terakhir baca novel…’

Hmmm… semoga dia tak merasa terjebak di acara 6 jam ini. 😎

Foto-foto dari Mas Ngadiyo di @dio_media

 

Kekacauan Hidup Marry Shelley yang Menciptakan Frankenstein

89280663_10219262319180930_3001841518932656128_n

Semua orang mungkin sudah tahu kisah Frankenstein. Banyak juga yang tahu kalau penulisnya adalah Mary Shelley. Tapi mungkin tak banyak yang tahu kalau cetakan pertama novel itu yang dicetak 500 eks, hanya ditulis dengan nama penulis Anonim.

Tanda kalau itu adalah naskah yang ditulis Mary Shelley karena pengantar buku itu ditulis Pierce Shelley, suami Mary, dan di halaman persembahan buku itu tercantum nama William Godwin, ayah Mary. Lanjutkan membaca “Kekacauan Hidup Marry Shelley yang Menciptakan Frankenstein”

Workshop: Merancang Novel Pertamamu

89245726_10219205429558725_257842743798136832_o

Workshop selanjutnya bersama @dio_media : Merancang Novel Pertamamu.

Bertahun-tahun lalu saya begitu terbata-bata saat mencoba menulis novel untuk pertama kalinya. Macet, nggrambyang, dan tak berlanjut, biasanya adalah hasil dalam upaya-upaya awal itu.

Tapi pelan-pelan, setelah coba sana dan coba sini, saya mulai mendapat metode yang saya kira cocok untuk saya dan bisa saya pakai selalu. Namun rasanya, baru 5 tahun terakhir saja saya berani membawakan workshop menulis novel. Dulu sepertinya ada keraguan apa metode yang saya pakai cukup layak diterapkan untuk orang lain? Karena saya merasa sangat biasa sekali. Tapi setidaknya, metode itu yang membuat saya bisa menulis novel sampai sekarang.

Sampai bertemu di Ayom Java Village, tanggal 14 Maret 2019 pukul 09.00-15.00.
(Jangan tanya bisa ikut gak, karena pendaftaran sudah ditutup)

#workshopmenulis #diomedia #menulisnovel

Cerpen Dewi Duri Akhirnya Diterbitkan

86858043_10219131505030658_650727295266324480_n

Hampir 2 tahun lalu cerpen saya Dewi Duri menang dalam sayembara cerpen mitologi yang diadakan IVET. Setelah proses hadiah dan lain-lainnya, saya hanya dipesanin oleh panitia: kalau bukunya terbit akan dikabari. Lanjutkan membaca “Cerpen Dewi Duri Akhirnya Diterbitkan”

Pohon-pohon Buah di Halaman Rumah Papa

86802875_10219113661864590_982091929187516416_n

Pulang dan disambut panen alpukat…

Papa saya tangannya cocok dengan tanah dan tanaman. Berbeda dengan saya yang nanam cabe saja mati. Dari dulu selalu ada pohon buah yang tumbuh besar dan berbuah melimpah. Mungkin contoh kecil dari arti bumi gemah ripah loh jinawi bisa dilihat di halaman rumah saya hehee…

Lanjutkan membaca “Pohon-pohon Buah di Halaman Rumah Papa”

Cerpen Jendela Tanpa Cahaya di Femina edisi Februari 2020

84677658_10219046283580175_5803508055446388736_n

Cerpen saya Jendela Tanpa Cahaya di Femina terbaru, edisi Februari 2020.

Rasanya lega dan gembira bisa tembus majalah favorit mama saya ini. Soalnya tulisan saya terakhir di Femina adalah cerber Simfoni Kesedihan di Januari 2016. Dan selama jeda waktu itu sebenarnya saya masih beberapa kali mengirim ke sana. Tapi selalu tanpa kabar. Saya sempat merasa, kayaknya cerpen-cerpen saya sudah tak cocok lagi buat Lanjutkan membaca “Cerpen Jendela Tanpa Cahaya di Femina edisi Februari 2020”

Workshop Menulis Pawon bersama Balai Soedjatmoko, 29 Februari 2020

Workshop Menulis di Balai Soedjatmoko (@bentarabudayasolo)

Saat acara berlangsung, sesi penutupan, akhir acara dan selepas acara…

Satu hari yang menyenangkan…

Foto-foto diambil dari inbox, bisa jadi milik izat, Yunanto, Impian dan Bentara Budaya

#pawon #workshopmenulis #buletinsastrapawon #BalaiSoedjatmoko #BentaraBudayaSolo

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑