Cari

Yudhi Herwibowo

mencoba terus menulis…

bulan

September 2019

Burning yang Ambigu

 

Sebelum heboh film Parasite, seharusnya film Burning juga bikin heboh. Film ini masuk nominasi di Cannes Film Festival tahun 2018, sempat juga masuk dalam daftar panjang Oscar untuk film asing terbaik. Satu lagi, film ini merupakan adaptasi cerpen Haruki Murakami, Naya wo Yaku (Barn Burning) yang ada di kumcer Hotaru (diterbitkan Shinchosha, Juli, 1984). Semua tahu betapa hitsnya Haruki Murakami di sini. Tapi tetap saja bikin film ini adem ayem…

Awalnya tema utama cerita film ini terasa sangat sederhana. Tapi gak ada yang terlalu sederhana di cerita-cerita Murakami. Ciri khasnya yang gak merasa penting menyelesaikan misteri yang dibuatnya, kental banget di film ini. Lanjutkan membaca “Burning yang Ambigu”

2 Seaguk 2019: The King’s Letters dan Homme Fatale

“Semua cerita pernah ditulis, dan ditulis ulang…”

Beberapa kali kalimat itu terlontar dari mulut pengarang. Saya sendiri pernah juga memakai kalimat itu. Namun setelah saya pikir-pikir, biasaya kalimat itu digunakan saat saya menulis cerita yang temanya biasa saja. Pada kenyataannya: semua cerita memang pernah ditulis, dan ditulis ulang. Namun yang jadi persoalan, yang menulis banyak atau banyaaak sekali, atau tidak banyak?

Saya suka menonton seaguk karena selalu mendapatkan tema cerita yang belum pernah (atau sangat jarang) saya lihat di film-film lainnya. Saya ingat: ada kisah tentang penjahit baju kaisar, pembaca wajah, penggambar peta, ahli fengshui, dan lainnya. Semua tema sepertinya gak tersentuh negara lain, bahkan China yang selama beberapa dekade terakhir menguasai film sejarah kolosal. Di seaguk terbaru 2019 ini, saya kembali menemukan film-film dengan tema yang gak biasa lagi. Lanjutkan membaca “2 Seaguk 2019: The King’s Letters dan Homme Fatale”

Lamafa di Pameran Akatara di Litbeat (Masuk dalam 30 Besar Program From Book to Screen yang diadakah Komite Buku Nasional)

69489585_10217628753622812_3401009830893191168_n

Gak bisa hadir di pameran Akatara dari Komite Buku: From Book to Screen yang ada di acara Litbeat… Lanjutkan membaca “Lamafa di Pameran Akatara di Litbeat (Masuk dalam 30 Besar Program From Book to Screen yang diadakah Komite Buku Nasional)”

Tunas Ibu, Cerpen Tribun Jabar 15 September 2019

70381448_10217723865200542_7919544579970301952_oCerpen Tunas Ibu, di Tribun Jabar kemarin…

Cerpen tentang harapan anak-anak yang diculik dan dipekerjakan secara paksa, maka hanya harapan bagi mereka yang bisa terus bertahan, termasuk pelukan hangat seorang ibu…

Walau mereka harus mencari sebuah tunas pohon yang mampu tumbuh besar dalam sekejap, di mana tunas-tunasnya akan bergerak merengkuh mereka, memeluk erat, teramat erat…

link di lakon hidup

https://lakonhidup.com/2019/09/15/tunas-ibu/
#cerpen #cerpenyudhiherwibowo #tribunjabar #cerpentribunjabar #tunasibu

Kisah Tolkien: Penulis yang Hidupnya ‘Biasa Saja’ dengan Imajinasi ‘Tidak Biasa’

69458251_10217533355557920_5537878291127468032_nSejujurnya aku gak pernah selesai membaca karya Tolkien. Buku pertama Lord of the Ring gagal kuselesaikan karena filmnya kadung keluar. Lalu mencoba membaca Hobbit juga terbengkalai. Menonton Tolkien, kisah hidup penulis fantasi paling digjaya di muka bumi, khayalanku cukup berlebihan. Semua tahu, biasanya bila kisah hidup seorang penulis luar biasa, karya-karyanya akan terimbas, jadi ikut luar biasa.

Tapi Tolkien menjalani hidup bagai kebanyakan laki-laki muda di Inggris waktu itu. Oke, dia yatim piatu. Tapi ia mendapat orang tua angkat yang baik dan kaya. itu yang bisa membuatnya bersekolah di sekolah mahal. Di situ ia bertemu dengan 3 sahabatnya -yang kupikir- merupakan kisah yang mengilhami para hobbit di The Lord of The Ring.

Kisah cintanya juga biasa, tak ada dramatisasi yang berlebih. Padahal Edith sudah dimainkan dengan apik oleh Lily Collins.Ada beberapa adegan sendu di situ, misalnya saat Tolkien tak punya cukup uang untuk masuk ke dalam teater, mereka kemudian menyelinap di gudang. Dari situ musik terdengar lalu Edith menari dengan cuek di antara tumpukan barang-barang properti panggung. Selepas itu, kisah Edith dibuat seperti terpotong-potong.
Lanjutkan membaca “Kisah Tolkien: Penulis yang Hidupnya ‘Biasa Saja’ dengan Imajinasi ‘Tidak Biasa’”

Review Came Revenge di Channel Youtube Yunita R Saragi

 

Cerpen Toko Buku Tua, Buku Raksasa, dan Sebuah Pencarian Panjang di Majalah Majas edisi #4

67525387_2635708969786201_6326280350750212096_n69418919_10217572669620747_7512055219845332992_o68992795_10217572669860753_1322120036130750464_o

 

 

Kisah Kecil tentang Arswendo Atmowiloto: Selamat Jalan Bang Wendo…

Sebenarnya saya berencana membuat 5-6 kisah kecil tentang sosok Arswendo Atmowiloto saat beliau berpulang. Hanya saaja di saat-saat itu, keadaan sedang ribet banget, saya hanya bisa membuat 2 cerita di sela-sela menunggu…

arswendo-atmowiloto-meninggal-karena-kanker-prostat

foto dari: https://www.tribunnews.com/ Lanjutkan membaca “Kisah Kecil tentang Arswendo Atmowiloto: Selamat Jalan Bang Wendo…”

2 Film Korean 2019 yang Gak Kalah Keren dari Parasite

Ada beberapa film Korea rilisan tahun 2019 yang lebih kusuka daripada Parasite. Parasite tentu bagus, tapi kog kalau dibandingin dengan jajaran film-film Korea yang pernah kutonton, ia terasa biasa saja. Dari beberapa itu, salah dua yang paling kukenang adalah: Shava, the Sixth Finger dan Mal Mo E: The Secret Mission. Lanjutkan membaca “2 Film Korean 2019 yang Gak Kalah Keren dari Parasite”

Mengawali Nokdu Flower

65897713_10217143153283107_9190309503164219392_n

Drama Nokdu Flower, merupakan drama sejarah tentang tokoh pemberontakan karismatik yang mampu mempengaruhi seluruh Korea, dan membuat gentar pihak kerajaan. Ternyata drama ini -seperti halnya drama Saindang- dipilih dan disponsori Kementrian Budaya, Olahraga dan Pariwisata.

Ada kata ‘dipilih’, itu artinya negara -setidaknya- punya list tokoh-tokoh sejarah yang harus diangkat. Bandingkan dnegan negara kita, yang adem ayem saja soal seperti ini. Lanjutkan membaca “Mengawali Nokdu Flower”

Catatan Pendek Saja untuk Parasite

65089039_10217117856090693_647558038898606080_n

Setahun lalu, sewaktu menonton Okja, aku yakin siapapun akan jatuh cinta pada film itu. Korea yang gak dikenal dengan animasinya, bicara banyak sekali di film itu. Baru kutahu ternyata sutradaranya adalah Bong Joon Ho, yang juga membuat film The Host dan Memories of Murder. Walau film lama dan sudah diremake, film Memories of Murder, punya alur yang dalam banget. Sampai sekarang aku masih terbayang-bayang ceritanya…

Tahun ini ada lagi film Bong Joon Ho terbaru. Judulnya Parasite. Sengaja aku gak membaca sinopsis, apalagi review film ini. Cuma sempat terbaca saja olehku, twit mas @jokoanwar yang merekomendasikan film ini untuk ditonton rame-rame.

Parasite menyajikan sebuah kisah tragedi yang gak ingin menonjolkan ketragediannya. Semua seakan jadi kisah sehari-hari: keluarga miskin yang berusaha menyejahterahkan diri mereka. Ini sebenarnya tema selayaknya sinetron-sinetron kisah inspiratif.

Tapi Parasite bergerak lebih jauh dari itu. Ia memilih jalur yang tak terbayangkan. Penipuan demi penipuan keluarga miskin itu demi dapat bekerja di keluarga kaya, seperti terlalu mudah ditebak. Di situ komedi muncul tanpa maksud melucu. Tapi Bong Joon Ho tentu tak berpikir sesederhana itu. Ingat, Memories of Murder.

Sampai kemudian bekas pelayan yang sudah berhasil digantikan, datang di saat hujan lebat. Alur pun bergerak tak lagi bisa diduga. Yang semula nampak sederhana, kemudian jadi tak sederhana, yang nampak biasa-biasa saja, jadi mengejutkan!

Aku suka film ini, karena mampu membuatku tertawa lepas dalam suasana tegang. Film ini juga seperti mampu menyadarkanku kalau dari tema yang sederhana pun, sebuah kisah bisa diolah secara apik.

Pemain yang paling kusuka, tentu sang nyonya rumah Yeon Kyo, yang dimainkan artis Cho Yeo Jeong. Ia cantik, dan baik, serta naif. Kupikir perannya akan sulit dilupakan…😍
Ada satu dialog yang kusukai saat keluarga miskin itu membicarakannya. Aku gak terlalu hapal 100%, tapi kurang lebih begini:
“Dia baik karena kaya…”
“Bukan, Karena kayalah ia baik. Kalau aku sekaya itu, aku pun akan baik…”

Sayangnya adegan malam hari, selepas kedua pasangan itu saling menyentuh, dengan beberapa orang yang bersembunyi di bawah kursi, disensor dalam layar bioskop, untungnya kita bisa mengulangnya dalam donblotan yang terbit kemudian.. 😀

Paragraf terakhirku, segera nonton! Percayalah ini film yang akan kamu kenang dalam waktu lama…

 

#parasite #filmbaru #filmkorea #filmkorea2019 #cgv #bongjoonho #choyeojeong #songkangho #okja #thehost #memoriesofmurder

Blog di WordPress.com.

Atas ↑