beberapa tahun lalu saya membaca tulisan tentang langda di majalah tempo. itu nama sebuah daerah di papua yang cukup unik. letaknya ada di antara barisan bukit2 tinggi yang berjejer bak sebuah pagar besar, sehingga matahari, katanya, kerap tak nampak di sana. sebagai gantinya gerimis yang selalu hadir setiap saat.
satu lagi yang unik, masyarakatnya masih membuat kapak batu. konon, batu yang digunakan bukanlah batu biasa, namun batu yang ada dalam salah satu dasar jurang yang ada di sana. alat itu yang kemudian leh pemda dijadikan ‘souvenir’ khas langda.
karena hal2 itulah kemudian saya membuat sebuah cerita: langda, suatu ketika. itu mungkin hampir 2 tahun yang lalu. dan selama itu, tak ada satu pun media yang berkenan memuatnya.
namun, semalam seorang kawan mengabari kalau kisah itu dimuat di majalah horison maret ini.
saya tentu bersyukur sekali untuk penantian selama ini… 🙂
cerpen itu saya kirim berbarengan cerpen saya tentang lorca, perempuan yang terperangkap sajak2 lorca sekitar desember lalu. dan pada januari cerpen tentang lorca itu ternyata dimuat, saya pikir cerpen langda ini pastilah gak dimuat. saya bahkan sudah mengirimnya lagi ke media lain. tapi ternyata cerpen ini juga dimuat.
senangnya… 🙂
foto didonlot dari twiter mas reno… 🙂
Komentar Terbaru