Wanita-wanita dalam Kehidupan Hemingway
Sejak karyanya yang kontroversial ini terbit, kehidupan Hemingway berubah. Ia jatuh cinta kepada Pauline Pfeifer, seorang wanita muda kaya dari Arkansas yang bekerja di Paris sebagai editor majalah Vogue. Hadley yang mengetahui hubungan cinta suaminya memutuskan untuk menceraikan Ernest. Akhirnya Ernest Hemingway menikahi Pauline pada bulan Mei 1927. Bertepatan dengan pengesahan perceraian Ernest-Hadley itu, persetujuan terakhir untuk menerbitkan buku The Sun also Rises tercapai. Dari perkawinannya yang kedua ini, Hemingway mendapat dua orang putra. Patrick dan Gregory yang masing-masing lahir pada tahun 1928 dan 1931. Sayangnya perkawinan Ernest-Pauline tidak dapat bertahan lama, yaitu hanya sampai tahun 1940.
Akhir dari perkawinannya kali ini ditandai dengan munculnya, sekali lagi tuduhan, kali ini dari Nona Gertrude Stein bahwa Torrents of Spring selain mengkritik gaya Anderson sebenarnya juga mengkritik gaya tulisan Stein. Tuduhan Stein ini tercermin dalam karyanya The Autobiography of Alice B. Toklas. Sudah barang tentu Ernest Hemingway sangat terkejut akan tuduhan nona Stein itu. Memang Torrents of Spring sebuah karya yang kontroversial.
Ini merupakan tulisan lama saya. Dulu saat merintis bukuKatta, saya dan Anton WP membuat buku 10 Kisah Hidup Penulis Dunia. Buku itu dibuat tipis saja dan dicetak 500 eks. Sudah beberapa tahun lalu buku itu habis.
Akhir-akhir ini karena sedang tidak produktif, saya membuka-buka naskah lama. Naskah ini salah satu yang saya buka. Saya pikir, dari pada tidak terbaca, saya petik saja satu kisah untuk blog saya. Semoga ada penerbit yang tertarik menerbitkannya kembali.
Oya, karena tulisan lama, jadi terasa masih kaku, dan masih ada beberapa EYD yang luput dari pengamatan saya. Harap maklum…
***
Tugas seorang penulis adalah menceritakan kebenaran.
– Ernest Hemingway
Ernest Hemingway lahir di Oak Park, Iilinois pada tanggal 21 Juli 1899. Ia merupakan anak kedua dari 6 bersaudara pasangan Dr. Clarence Edmonds Hemingway dan Grace Hall Hemingway.
Dalam keluarga, Dr. Clarence merupakan sosok yang begitu dominan. Ia selalu menekankan arti kata : “sudah sewajarnya.” Jadi, “sudah sewajarnya” seorang anak laki-laki itu berani. atau “sudah sewajarnya” seorang ayah yang pandai memancing mengharapkan anak lelakinya juga pandai memancing.
.. tentang sebuah kisah cinta dan sesuatu yang tak terjelaskan…
Semua sepertinya kembali bertaut sejak datangnya undangan pernikahan Hasha dan Kurani. Saat mengirim undangan, Hasha sama sekali tak tahu bila 2 sahabatnya, Isara dan Patta, baru saja bercerai. Dulu, Hasha, Isara, Patta bersama Chang dan Goza, merupakan sahabat karib. Kelimanya kerap duduk bersama di bawah sebuah pohon besar yang ada di sebuah warung lotek di dekat Kanisius, Yogyakarta.
Hasha adalah seorang penulis yang lebih banyak diam. Ia suka bicara pada lilin-lilin dalam temaram. Saat kuliah ia sebenarnya memendam perasaannya pada Isara.
Isara, perempuan satu-satunya semenjak Kurani pindah. Awalnya ia seperti membalas perasaan Hasha. Namun sebelum sempat ia mengungkapkannya, ia tiba-tiba menjauh dari laki-laki itu. Setelah lulus, ia bahkan memilih menikah dengan Patta.
Patta, merupakan laki-laki ideal bagi semua perempuan. Pintar, menarik dan berkarir cemerlang. Sepanjang hidupnya, ia hanya pernah mencintai satu orang perempuan, Isara.
Chang, atau Indiray, merupakan sosok yang ingin menghapus masa lalunya. Ia telah menemukan sebuah tempat yang selama ini dicarinya. Namun ia selalu teringat pada sahabat-sahabat masa lalunya, terutama Hasha.
Goza, sosok yang selalu dapat mencairkan suasana dengan joke-joke-nya. Namun sebenarnya merupakan bedebah di antara kelimanya. Kelak ia memilih jalan paling mengerikan: menjadi pembunuh bayaran.
Kelimanya, tanpa pernah saling mengetahui, ternyata menyimpan rahasia masing-masing. Dan itu, sedikit demi sedikit, mulai terkuak beberapa tahun kemudian setelah kelulusan kelimanya…
Kisah ini memang tentang mereka berlima…
Dan satu di antara mereka, menyimpan rahasia yang dapat menautkan semuanya…
… ia dapat melihat jalan hidup yang lainnya!
Editor Anin Patrajuangga | Cover Rio | Penata Isi Gun | Ukuran 13 x 19 cm | Isi 223 halaman kertas book paper finland 57,5 gr | Rp. 49.000 | Cetakan I, 2013 | ISBN 978-602-251-192-2
“Para pencerita piawai adalah pesulap-pesulap yang baik. Mereka berusaha mengubah yang nothing menjadi something, atau sebaliknya dengan berbagai cara, dengan berbagai nonsens dan kebetuilan. Hasilnya mungkin kekosongan yang indah. Mungkin keriuhan yang sublim. Ke-12 pencerita dalam buku ini telah berjuang keras menghipnotis pembaca. Tak semua pembaca takjub atau mungkin kecewa karena tak semua pencerita mampu mengubah hal-hal biasa menjadi sesuatu yang terlalu. Tetapi percayalah setiap kreasi pencerita adalah sulapan kreatif yang mendebarkan hati kita…”
(Triyanto Triwikromo, sastrawan pemeroleh Penghargaan Sastra 2009 Pusat Bahasa)
cerpen saya di antologi ini adalah budak sang mestizo, cerpen sejarah tentang seorang bernama Pieter Elberveld yang diduga akan memberontak pada voc. ia kemudian dihukum secara mengerikan. untuk menakut-nakuti, voc kemudian membangun sebuah monumen. Kelak monumen itu diberi nama Monumen Pieter Elberveld. Dulu letaknya ada di Jalan Jakarta (sekarang Jalan Pangeran Jayakarta), sehingga orang2 dapat dengan mudah membaca tulisan di monumen itu:
Sebagai peringatan yang menjijikkan akan penghianat Pieter Erberveld yang dihukum, tak seorang pun sekarang atau untuk seterusnya akan diijinkan membangun, menukang, memasang batu bata menanamkan di tempat ini.Batavia, 14 April 1722.
Namun pada tahun 1942 monumen itu dihancurkan tentara Jepang yang baru tiba.
Purna sudah Enigma, tentang Kisah Cinta dan Sesuatu yang Tak Terjelaskan!
Entahlah, sepertinya tak sering saya menulis dengan energi yang penuh. Seingat saya dari 28 buku yang sudah saya tulis hanya ada 2 buku yang saya tulis dengan perasaan seperti itu, Begitu meluap-luap, dan selalu menatanya dalam keadaan diam sekali pun. Buku itu Samurai Cahaya dan Pandaya Sriwijaya.
Dan saya bersyukur energi seperti itu kembali hadir di novel saya Enigma. Sepertinya tak lebih dari 2 bulan saya menggarapnya! Sebenarnya ini naskah lama saya. Lanjutkan membaca “Enigma, tentang Kisah Cinta dan Sesuatu yang Tak Terjelaskan”
Akhirnya bertepatan dengan hari pertama puasa, selesai juga naskah ini. Fuiiih, leganyaaaa… 😀
Saat memutuskan untuk menulis novel tentang perempuan korban dari jugun ianfu, rasanya saya memutuskan untuk melakukan sesuatu langkah berani.
Saya telah menulis lebih dari 27 buku sebelumnya, dan sebagian besar adalah novel yang selalu mengambil tokoh lelaki dalam sudut penceritaan saya. Memang sekali-dua kali saya pernah mengambil tokoh perempuan, namun hanya sebatas di dalam cerpen ataupun novelet. Tapi tidak di sebuah novel. Rasanya itu sama sekali tak terpikirkan. Terlebih bila itu tentang novel dimana narasi perempuan sangat dieksplorasi.
Tapi entah mengapa, selepas membaca Momoye, Mereka Memanggilku, saya tak lagi bisa menolak untuk tak menulis kisah tentang para perempuan korban jugun ianfu. Kisah perjalanan ibu Mardiyem di buku itu benar-benar menggugah saya, dan terus-terusan membuat saya merasa sedih.
Pernah saya tanyakan pada seorang teman tentang novel-novel lama yang bercerita tentang jugun ianfu. Tapi ternyata itu tak banyak. Ini membuat saya semakin tergerak untuk menulisnya. Dalam hati saya terus bertanya, bagaimana bisa sebuah kisah sepahit ini tak menarik minat penulis?
Maka beberapa bulan saya tulis buku ini: Sakura Telawang.
Saya cukup menikmati membuatnya. Setelah Pandaya Sriwijaya, yang kaya imajinasi, dan Untung Surapati, yang kaya data, saya ingin membuat sebuah buku sejarah lagi yang memposisikan data secara halus. Maka itulah saya mencoba tak memakai 1 footnote pun. Walau ada narasi sejarah, namun jumlahnya tak banyak, dan itupun saya pakai sekedar sebagai gambaran latar kapan kisah ini terjadi.
Untuk meyakinkah saya, saya kemudian meminta beberapa sahabat perempuan saya untuk membacanya terlebih dahulu. Saya ingin apakah naras laki-laki saya sudah cukup bisa mewakili narasi tokoh perempuan di buku ini. Sungguh, proses seperti ini di luar kebiasaan saya.
Akhir kata semoga novel ini tidak terlalu mengecewakan. Saya sama sekali tak berminat menjadikan buku ini sebagai novel sejarah atau pun novel sastra. Hanya sekedar mengisahkan sebuah kisah pahit yang pernah terjadi di tanah ini, sebelum terus semakin usang dan terlupakan…
Akhirnya setelah cukup lama menunggu buku terjemahan saya Mata Air Air Mata Kumari terbit juga. Saat ini sudah dalam proses cetak digital. minggu depan insyaallah sudah bisa jadi. sengaja dicetak terbatas, karena tentu saya tahu, tak banyak yang akan mencari buku ini… ;P Lanjutkan membaca “Spring of Kumari Tears, short stories compilation”
menerbitkan kumpulan cerpen di masa sekarang?
sepertinya itu bukan sesuatu yang baik. pasar lesu untuk kumcer. kumcer2 dari sastrawan2 top pun banyak yang tak laku, dan akhirnya diobral.
namun tulisan2 di koran memang harus tetap dibukukan. koran terlalu cepat berlalu. saya sendiri sudah sejak lama berencana membuat kumcer. saya hitung2 cerpen2 dewasa saya yang pernah dimuat media cukup lumayan. sayang sekali bila harus dibiarkan dan terlupa. yaaa, sekedar untuk memberi jejak pada tulisan… Lanjutkan membaca “Untuk cover Mata Air Air Mata Kumari, saya merasa sangat rewel”
merupakan buku kumcer dewasa pertama saya. berisi kisah-kisah paling saya sukai yang sudah pernah saya tulis. dan hampir semuanya sudah pernah dipublikasikan di media… Lanjutkan membaca “Mata Air Air Mata Kumari”
Komentar Terbaru