Cari

Yudhi Herwibowo

mencoba terus menulis…

bulan

September 2013

#FridayTalk, Bincang2 #Enigma di Twitter dengan Penerbit Grasindo

ImageHallo @Yudhi_Herwibowo, Sedang sibuk apa akhir-akhir ini  ? #FridayTalk

@grasindo_id Biasa, sibuk dengan kerjaan mengurus percetakan, dan sesekali menulis buku selanjutnya #FridayTalk

 

Dari beberapa karya anda yg telah terbit, #Enigma itu seperti apa dibanding karya sebelumnya @Yudhi_Herwibowo? #FridayTalk

@grasindo_id Buku ini berbeda, karena saya pikir cukup kompleks… #FridayTalk

 @grasindo_id  Ada beberapa tema sekaligus yang akhirnya mengerucut pada sebuah tema besar #FridayTalk

 

Boleh cerita sekilas tentang cerita dr #Enigma , @Yudhi_Herwibowo ? #FridayTalk

@grasindo_id Ini tentang cerita 5 tokoh yang dulunya bersahabat #FridayTalk

@grasindo_id  Namun berjalannya waktu membuat mereka berpisah, dan satu hal membuat mereka tetap harus kembali berhubungan #FridayTalk Lanjutkan membaca “#FridayTalk, Bincang2 #Enigma di Twitter dengan Penerbit Grasindo”

Membaca Celeng Satu Celeng Semua: Menyusuri Lorong Pekat Imajinasi Triyanto Triwikromo

ImageDulu, saya termasuk orang yang ikut berkusak-kusuk mengomentari cerpen-cerpen Triyanto Triwikromo (TT). Mungkin tanpa TT tahu, ia sudah menjadi bahan pembicaraan sejak lama. Namun sayangnya pembicaraan kadang berlangsung abu-abu. Misalnya saat cerpen TT dimuat di salah satu media, beberapa kawan langsung menepuk jidat sambil mengeluh, aduh cerpen yang bikin pusing nih

Saya selalu mengamini keluhan itu. Tanpa saya sadari, saya jadi sosok egois yang sudah memandang terlalu tinggi kapasitas otak saya, sehingga menafikkan cerpen-cerpen yang kurang saya pahami.

Dan itu ternyata berlangsung sampai beberapa tahun. Untungnya cerpen minggu selalu datang. Kebiasaan membaca cerpen minggu itu menjadi rutinitas. Siapa pun yang menulis, tentu akan dibaca. Mungkin, bila TT merupakan penulis yang hanya menulis 2-3 tahun, saya pasti akan terus mengenangnya sebagai penulis yang sulit. Namun ternyata, selama lebih dari 10 tahun konsistensinya tetap ada. Maka walau masih kerap memandang rumit, saya tetap membaca kisah-kisah yang disajikan TT.

Dan waktu ternyata mejawab segala hal. Lama-lama entah kenapa, saya merasa lancar membaca cerpen-cerpen TT. Dari Ikan Terbang Kuffah, Burung Api Situ dan Lengtu Lengmua semua lancar. Bahkan yang panjang-panjang dan terakhir dimuat di media pun seperti semakin enak dinikmati.

Saat mulai membaca Celeng Satu Celeng Semua (CSCS) sebenarnya saya mungkin sudah membaca lebih dari 3-4 cerpen di situ. Namun dasar kapasitas memori saya memang kelas pentium jadul, saya tak terlalu mengingat secara detail. Jadi pembacaan kedua ini, tetap terasa seperti pembacaan pertama.

Kesan pertama saya terhadap pembacaan cerpen-cerpen di CSCS, adalah saya tiba-tiba seperti berada dalam lorong pekat, tanpa memasukinya lebih dahulu, namun tiba-tiba saja berada di situ. Lorong yang benar-benar gelap. Gawatnya saya tak tahu di mana saya awalnya berada, di tengah, di ujung, atau di mana, saya haya bisa meraba-raba dan membiasakan mata saya dalam kepekatan hingga tiba di ujung. Lanjutkan membaca “Membaca Celeng Satu Celeng Semua: Menyusuri Lorong Pekat Imajinasi Triyanto Triwikromo”

Doomga, cerpen saya di Suara Merdeka, Agustus 2013

Image

Lupa, posting cerpen ini 🙂

Cerpen Doomga di Suara Merdeka Agustus 2013. Sebenarnya ini cerpen yang sudah setahun lalu saya tulis, tapi baru beruntung bisa dimuat Agustus lalu, semingguan sebelum lebaran. Waktu itu saya habis membaca buku Singapura Tempo Dulu (Kobam), ada satu artikel tentang tahanan-tahanan yang dicap dahinya dengan tulisan Doonga. Saya pikir ini menarik, dan harus ditulis. Tentu setelah saya tambah-tambah dengan imajinasi, maka jadilah cerpen ini. Namun endingnya, sama sekali bukan fiksi. Tahanan itu, yang benar-benar bernama Suluk seperti di cerpen, memang berhasil kabur dengan terjun ke laut, di mana anak buahnya sudah menunggunya.

Jadi kalo kamu suka dengan cerpen ini, sebenarnya kisah sebenarnya juga sudah menarik. saya hanya memolesnya saja.

Enigma: tentang kisah cinta dan sesuatu yang tak terjelaskan, novel ke30 saya…

Image

.. tentang sebuah kisah cinta dan sesuatu yang tak terjelaskan…

Semua sepertinya kembali bertaut sejak datangnya undangan pernikahan Hasha dan Kurani. Saat mengirim undangan, Hasha sama sekali tak tahu bila 2 sahabatnya, Isara dan Patta, baru saja bercerai. Dulu, Hasha, Isara, Patta bersama Chang dan Goza, merupakan sahabat karib. Kelimanya kerap duduk bersama di bawah sebuah pohon besar yang ada di sebuah warung lotek di dekat Kanisius, Yogyakarta.

Hasha adalah seorang penulis yang lebih banyak diam. Ia suka bicara pada lilin-lilin dalam temaram. Saat kuliah ia sebenarnya memendam perasaannya pada Isara.

Isara, perempuan satu-satunya semenjak Kurani pindah. Awalnya ia seperti membalas perasaan Hasha. Namun sebelum sempat ia mengungkapkannya, ia tiba-tiba menjauh dari laki-laki itu. Setelah lulus, ia bahkan memilih menikah dengan Patta.

Patta, merupakan laki-laki ideal bagi semua perempuan. Pintar, menarik dan berkarir cemerlang. Sepanjang hidupnya, ia hanya pernah mencintai satu orang perempuan, Isara.

Chang, atau Indiray, merupakan sosok yang ingin menghapus masa lalunya. Ia telah menemukan sebuah tempat yang selama ini dicarinya. Namun ia selalu teringat pada sahabat-sahabat masa lalunya, terutama Hasha.

Goza, sosok yang selalu dapat mencairkan suasana dengan joke-joke-nya. Namun sebenarnya merupakan bedebah di antara kelimanya. Kelak ia memilih jalan paling mengerikan: menjadi pembunuh bayaran.

Kelimanya, tanpa pernah saling mengetahui, ternyata menyimpan rahasia masing-masing. Dan itu, sedikit demi sedikit, mulai terkuak beberapa tahun kemudian setelah kelulusan kelimanya…

Kisah ini memang tentang mereka berlima…

Dan satu di antara mereka, menyimpan rahasia yang dapat menautkan semuanya…

… ia dapat melihat jalan hidup yang lainnya!

 

Editor Anin Patrajuangga | Cover Rio | Penata Isi Gun | Ukuran 13 x 19 cm | Isi 223 halaman kertas book paper finland 57,5 gr | Rp. 49.000 | Cetakan I, 2013 | ISBN 978-602-251-192-2

Blog di WordPress.com.

Atas ↑