Cari

Yudhi Herwibowo

mencoba terus menulis…

bulan

Oktober 2010

Lukisan dari Selvie Djie… ;D

pengalaman pertama ada yang ngelukis saya… ;D

tengkyu ya selvieeeeee… ;D

Mendurhakai Tradisi, Membebaskan Manusia (Tentang Cerpen “Mata Air Air Mata Kumari”), Resensi: Haris Firdaus

Saya jadi ingat dengan resensi cerpen saya Mata Air Air Mata Kumari oleh Haris Firdaus, yang pernah dimuat dalam edisi Pawon khusus: CERPEN & APRESIASI sekitar beberapa bulan yang lalu. Berikut isinya:

Mendurhakai Tradisi, Membebaskan Manusia
(Tentang Cerpen “Mata Air Air Mata Kumari”)
Resensi: Haris Firdaus

/1/
Salah satu “takdir” paling purba sekaligus barangkali paling kekal bagi sastra modern adalah kecenderungannya untuk senantiasa mendurhakai tradisi, istiadat sosial, atau nilai-nilai kemasyarakatan yang kadangkala diterima secara banal oleh manusia. Sebagai ragam teks yang terlanjur dicap sebagai semacam “teror yang mengguncangkan” ketimbang “doktrin yang meneguhkan”, sastra memang seringkali hadir dalam bentuknya yang frontal berhadapan dengan kenormalan di sekitar manusia.
Lanjutkan membaca “Mendurhakai Tradisi, Membebaskan Manusia (Tentang Cerpen “Mata Air Air Mata Kumari”), Resensi: Haris Firdaus”

Pada Gerimis di Sepanjang Sanggingan : Kisah-kisah dari Ubud Writer and Reader Festival 2010

Saya bagai daun kering yang terbang ke tanah itu. Tanah basah beraroma samar wangi kamboja, yang biasa tergeletak menjadi banten  di depan patung-patung yang ada di setiap pintu masuk rumah. Walau saya sudah berkali-kali mampir di Denpasar, tapi ini adalah kali pertama saya tiba di Ubud. Menjejakkan tanah beriringan dengan angin, yang rasanya sedikit berbeda dari angin lainnya, untuk datang di undangan Ubud Writers & Readers Festival 2010 (UWRF 2010).

Festival yang selama ini hanya saya dengar gaungnya ini, kali ini mengambil tema Bhinneka Tunggal Ika: Harmony in Diversity, dan dihadiri oleh penulis-penulis dari China, Malta, Palestine, Israel, Lebanon, India, Pakistan, Sri Lanka, Burma, Vietnam, Malaysia, Singapura, Prancis, Bosnia, Turki, Afrika Selatan, Australia, Inggris, Irlandia, Amerika dan Canada, serta dari kepulauan Indonesia sendiri. Lanjutkan membaca “Pada Gerimis di Sepanjang Sanggingan : Kisah-kisah dari Ubud Writer and Reader Festival 2010”

Mata Air Air Mata Kumari, review Noviane Asmara

Buku Mata Air Air Mata Kumari ini sebenarnya adalah kumpulan cerita pendek dari seorang Yudi Herwibowo, yang kesemua ceritanya, kecuali Anak Nemang Kawi, sudah pernah dimuat di berbagai media, yaitu; Femina, Kumpulan Cerita Cinta Pertama, Buletin Sastra Littera, Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Jurnal Sastra Pendar, Buletin Sastra Pawon dan Wawasan. Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya.

Dalam buku ini terdapat 14 cerita pendek. Anehnya, walaupun judul buku ini adalah “Mata Air Air Mata Kumari”, tetapi cerita Mata Air Air Mata Kumari ini, berada di bab 12. Entahlah, pertimbangan apa yang dipilih, sehingga cerita yang merupakan judul buku, diletakkan hampir di bagian belakang buku. Lanjutkan membaca “Mata Air Air Mata Kumari, review Noviane Asmara”

Mata Air Air Mata Kumari, review Truly Rudiono

Saya kaget………………………!

Mengetahui ada seekor ular yang selalu mendatangi seorang bayi, bahkan walau bayi itu telah dibawa jauh dari kampungnya. Sang ular dengan segala cara bisa menemukannya, ia tetap ada disebelahnya hingga seseorang berteriak karena kaget!

Saya takut…………………….!

Mengetahui seorang gadis kecil bermata perak mampu membunuh pelanggan setia ibunya

Saya khawatir……………………!

Belum ada yang menemukan tubuh layu seorang bocah

Lanjutkan membaca “Mata Air Air Mata Kumari, review Truly Rudiono”

Untuk cover Mata Air Air Mata Kumari, saya merasa sangat rewel

menerbitkan kumpulan cerpen di masa sekarang?

sepertinya itu bukan sesuatu yang baik. pasar lesu untuk kumcer. kumcer2 dari sastrawan2 top pun banyak yang tak laku, dan akhirnya diobral.

namun tulisan2 di koran memang harus tetap dibukukan. koran terlalu cepat berlalu. saya sendiri sudah sejak lama berencana membuat kumcer. saya hitung2 cerpen2 dewasa saya yang pernah dimuat media cukup lumayan. sayang sekali bila harus dibiarkan dan terlupa. yaaa, sekedar untuk memberi jejak pada tulisan… Lanjutkan membaca “Untuk cover Mata Air Air Mata Kumari, saya merasa sangat rewel”

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑