pengalaman pertama ada yang ngelukis saya… ;D
tengkyu ya selvieeeeee… ;D
Saya jadi ingat dengan resensi cerpen saya Mata Air Air Mata Kumari oleh Haris Firdaus, yang pernah dimuat dalam edisi Pawon khusus: CERPEN & APRESIASI sekitar beberapa bulan yang lalu. Berikut isinya:
Mendurhakai Tradisi, Membebaskan Manusia
(Tentang Cerpen “Mata Air Air Mata Kumari”)
Resensi: Haris Firdaus
/1/
Salah satu “takdir” paling purba sekaligus barangkali paling kekal bagi sastra modern adalah kecenderungannya untuk senantiasa mendurhakai tradisi, istiadat sosial, atau nilai-nilai kemasyarakatan yang kadangkala diterima secara banal oleh manusia. Sebagai ragam teks yang terlanjur dicap sebagai semacam “teror yang mengguncangkan” ketimbang “doktrin yang meneguhkan”, sastra memang seringkali hadir dalam bentuknya yang frontal berhadapan dengan kenormalan di sekitar manusia.
Lanjutkan membaca “Mendurhakai Tradisi, Membebaskan Manusia (Tentang Cerpen “Mata Air Air Mata Kumari”), Resensi: Haris Firdaus”
Buku Mata Air Air Mata Kumari ini sebenarnya adalah kumpulan cerita pendek dari seorang Yudi Herwibowo, yang kesemua ceritanya, kecuali Anak Nemang Kawi, sudah pernah dimuat di berbagai media, yaitu; Femina, Kumpulan Cerita Cinta Pertama, Buletin Sastra Littera, Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Jurnal Sastra Pendar, Buletin Sastra Pawon dan Wawasan. Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya.
Dalam buku ini terdapat 14 cerita pendek. Anehnya, walaupun judul buku ini adalah “Mata Air Air Mata Kumari”, tetapi cerita Mata Air Air Mata Kumari ini, berada di bab 12. Entahlah, pertimbangan apa yang dipilih, sehingga cerita yang merupakan judul buku, diletakkan hampir di bagian belakang buku. Lanjutkan membaca “Mata Air Air Mata Kumari, review Noviane Asmara”
Saya kaget………………………!
Mengetahui ada seekor ular yang selalu mendatangi seorang bayi, bahkan walau bayi itu telah dibawa jauh dari kampungnya. Sang ular dengan segala cara bisa menemukannya, ia tetap ada disebelahnya hingga seseorang berteriak karena kaget!
Saya takut…………………….!
Mengetahui seorang gadis kecil bermata perak mampu membunuh pelanggan setia ibunya
Saya khawatir……………………!
Belum ada yang menemukan tubuh layu seorang bocah
Lanjutkan membaca “Mata Air Air Mata Kumari, review Truly Rudiono”
menerbitkan kumpulan cerpen di masa sekarang?
sepertinya itu bukan sesuatu yang baik. pasar lesu untuk kumcer. kumcer2 dari sastrawan2 top pun banyak yang tak laku, dan akhirnya diobral.
namun tulisan2 di koran memang harus tetap dibukukan. koran terlalu cepat berlalu. saya sendiri sudah sejak lama berencana membuat kumcer. saya hitung2 cerpen2 dewasa saya yang pernah dimuat media cukup lumayan. sayang sekali bila harus dibiarkan dan terlupa. yaaa, sekedar untuk memberi jejak pada tulisan… Lanjutkan membaca “Untuk cover Mata Air Air Mata Kumari, saya merasa sangat rewel”
Komentar Terbaru