Cari

Yudhi Herwibowo

mencoba terus menulis…

bulan

Desember 2017

Memilih Sendiri Kisah-kisah Gentayangan

Gentayangan.

…kebahagiaan adalah sebuah terminal, tak ada yang tinggal terlalu lama di sana…

 

Mungkin ini bukan review yang seharusnya. Saya sekadar ingin cerita.

Tapi sebelumnya saya senang bisa menyelesaikan novel tebal lagi, setelah setahun terakhir ini rasanya sulit sekali melakukannya. Itu mungkin karena kini saya sudah memakai kacamata, sehingga tulisan-tulisan jadi kembali terlihat dengan jelas… J

Bisa jadi, Gentayangan adalah buku yang paling saya tunggu tahun ini. Beberapa tahun lalu saya sempat bertanya-tanya: kapan Intan Paramaditha menulis lagi? Buku Sihir Perempuan masih jadi salah satu kumcer terbaik yang pernah saya baca. Dan Kumpulan Budak Setan juga menjadi kumcer yang perlu diingat, tentu bila seluruhnya ditulis Intan sendiri… 😀 Lanjutkan membaca “Memilih Sendiri Kisah-kisah Gentayangan”

Novel saya selanjutnya: Sang Penggesek Biola, sebuah roman Wage Rudolf Supratman

Setelah Hoegeng saya terus berpikir siapa ya tokoh yang harus ditulis lagi. Tentunya ia orang (yang nyaris atau gak banyak) cela, dan bisa diterima semua orang.
Wage Rudolf Supratman satu yang saya pikir layak. Semua dari kita pernah berhubungan dengannya saat menikuti upacara dulu, tapi tak banyak yang tahu kisah hidupnya yang merana…
Dua tahun lalu saya mulai menulis novel ini, dan dalam bulan2 ini (bila lancar) akan dirilis oleh Penerbit Imania

Buat kawan2 kalau berkenan bisa memberi masukan atas 3 alt cover yang ditawarkan penerbit, juga masukan2 lainnya.

Thanks,,and wish me luck.. 🙂

Cerpen Dua Telapak Tangan Umirra, Media Indonesia 10 Desember 2017

“Itu hanya film, Papa. Film harus berakhir bahagia untuk menyenangkan siapa pun yang sudah membayar tiket. Apalagi… ini film untuk anak-anak…”
Sebelum kujawab, kau sudah melangkah ke luar. “Lagian… aku tak suka film ini. Elsa terlalu berlebihan. Seharusnya ia tak begitu. Yang dilakukan kedua tangannya hanya membekukan segala hal. Bukankah tetap ada harapan dari semua yang membeku?”
Kau memandangku sejenak, “Tapi… tidak dengan dua tanganku. Semua hancur di tanganku. Semua mati. Tentu yang hancur dan yang mati, tak punya harapan apa-apa…”

Short Story: Robodoi, Pirate from Tobelo

robodoi net

Awal tahun lalu ceren saya dimuat di Majalah Jawara, judulnya Robodoi, Bajak Laut dari Tobelo. Cerpen ini merupakan pengembangan satu kisah pendek tentang RObodoi yang ada di buku Anak Laut, Bajak Laut, Raja Laut dari Lapian.

Tentu sangat bermuatan sejarah, apalagi disitu dikutip syair pendek dari abar 19 tentang  bajak laut Tobelo. Maka itulah majalah Jawara memuatnya di edisi sejarah. Lanjutkan membaca “Short Story: Robodoi, Pirate from Tobelo”

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑