“Jangan panggil ibu guru lagi!” suara Ibu Guru Isara terdengar pelan.
Aku yang tengah berjongkok membersihkan lukanya menghentikan gerakanku. Kuangkat kepalaku dan menemukan matanya yang teduh tengah menatapku.
“Aku sudah bukan lagi gurumu,” ujar Ibu Guru Isara lagi, “dan kamu… juga bukan lagi muridku…”
Aku hanya bisa mengangguk, dan ini membuat Ibu Guru Isara tersenyum.
Untuk sesaat kami hanya terdiam. Aku hanya mendengar degup jantungku sendiri. Lalu kurasakan dua telapak tangan Ibu Guru Isara bergerak menyentuh dua sisi pipiku. Pelan-pelan, ia kemudian menarikku dengan lembut menuju ke arahnya…

***

Beberapa tahun sebelumnya, Gara Pamungkas jatuh cinta pada guru barunya, Ibu Guru Isara. Walau awalnya merasa itu bukan sesuatu yang pantas, namun semua hal yang ada di sekitarnya seperti tertaut dengan Ibu Guru Isara, mulai saat motor Ibu Guru Isara bocor, lalu saat Ibu Guru Isara membuat sebuah klub buku, menjadi guru pengganti pelajaran renang, hingga saat Gara pingsan karena terkena bola dan Ibu Guru Isara mencoba memberikan pernafasan buatan.
Ini membuat hari-hari Gara Pamungkas selalu dipenuhi dengan rasa bimbang. Saat waktu kelulusan sebentar lagi datang, dan kawan-kawan sekelasnya tengah berencana memberikan kejutan ulang tahun pada Ibu Guru Isara, Gara akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya tepat di hari istimewa itu…

Link:

kbm.id/book/detail/92c60fcc-dc47-4821-9f4f-c9dc817aa192