“Itu hanya film, Papa. Film harus berakhir bahagia untuk menyenangkan siapa pun yang sudah membayar tiket. Apalagi… ini film untuk anak-anak…”
Sebelum kujawab, kau sudah melangkah ke luar. “Lagian… aku tak suka film ini. Elsa terlalu berlebihan. Seharusnya ia tak begitu. Yang dilakukan kedua tangannya hanya membekukan segala hal. Bukankah tetap ada harapan dari semua yang membeku?”
Kau memandangku sejenak, “Tapi… tidak dengan dua tanganku. Semua hancur di tanganku. Semua mati. Tentu yang hancur dan yang mati, tak punya harapan apa-apa…”